Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan tentu memerlukan persiapan dan pemahaman yang baik tentang tata cara dan aturannya, termasuk waktu sahur dan imsak.
Saat Ramadhan, sahur merupakan aktivitas penting, karena di waktu-waktu inilah kesempatan terakhir kita untuk mengonsumsi makanan dan minuman sebelum memulai puasa sepanjang hari.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
اسْتَعِينُوا بِطَعَامِ السَّحَرِ عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ وَبِالْقَيْلُولَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ
Artinya: “Manfaatkanlah makan sahur untuk menolongmu puasa di siang hari, dan tidur siang untuk bangun malam.” (HR. Ibnu Majah no. 1683)
Dalam praktiknya, masih banyak dari kita yang menganggap bahwa waktu imsak adalah waktu untuk berhenti makan sahur, walaupun terkadang masih ada keraguan apakah ini tepat atau tidak.
Dalam artikel ini, kita akan memahami apa itu waktu imsak, fungsinya dalam puasa, serta pandangan para ulama mengenai batasan waktu berhenti sahur yang tepat.
Apa Itu Waktu Imsak dan Fungsinya dalam Puasa Ramadhan?
Secara bahasa, “imsak” berasal dari kata bahasa Arab yang berarti “menahan.”
Dalam konteks puasa Ramadhan, imsak merujuk pada waktu dimana umat Muslim dianjurkan untuk mulai menahan diri dari makan dan minum menjelang waktu subuh tiba.
Biasanya, waktu imsak ini berjarak sekitar 10-15 menit sebelum adzan subuh berkumandang, sebagai bentuk persiapan memasuki waktu puasa.
Fungsi utama waktu imsak adalah sebagai peringatan agar kita bisa bersiap-siap dan menyudahi makan sahur, sehingga tidak terlewat saat masuk waktu subuh.
Dengan adanya waktu imsak, kita dapat lebih berhati-hati dan terhindar dari risiko makan yang terlalu dekat dengan waktu subuh.
Perbedaan Waktu Imsak dan Subuh
Meskipun terdengar mirip, waktu imsak dan waktu subuh memiliki perbedaan yang signifikan.
Waktu imsak adalah penanda untuk mulai menghentikan sahur sebagai langkah persiapan, sementara waktu subuh menandai dimulainya puasa secara syariat, yang artinya mulai saat itu seseorang benar-benar harus menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa.
Dalam praktiknya, imsak sering dianggap sebagai “peringatan” agar seseorang bisa berhenti makan dengan aman sebelum benar-benar masuk waktu subuh.
Namun, dalam ketentuan syariat, puasa dimulai tepat pada waktu subuh, bukan pada saat imsak.
Karenanya, memahami perbedaan ini penting agar kita bisa menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan sesuai syariat.
Pandangan Ulama tentang Batasan Imsak
Terkait penerapan waktu imsak, para ulama memiliki berbagai pandangan. Beberapa ulama menganggap waktu imsak sebagai anjuran yang baik, namun tidak wajib untuk diikuti secara ketat.
Dalil yang digunakan berasal dari hadits Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa seseorang bisa melanjutkan makan sahur hingga mendengar azan subuh.
Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمْ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلَا يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ
Artinya: “Apabila salah seorang diantara kalian mendengar adzan, sedangkan bejana (makanan) masih ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga ia menyelesaikan hajatnya (sahurnya).” (HR. Abu Dawud no. 2003)
Ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengharuskan waktu imsak sebagai batasan pasti, namun waktu subuh-lah yang menjadi batas syar’i dalam memulai puasa.
Kesimpulan
Mengetahui batasan waktu sahur dan imsak adalah langkah penting agar kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keyakinan dan sesuai syariat.
Waktu imsak disyariatkan sebagai peringatan, namun puasa secara resmi dimulai pada waktu subuh. Semoga kita dapat menjalankan ibadah ini dengan tenang dan memperoleh pahala yang sempurna.