Nabi Muhammad SAW adalah teladan dan panutan bagi umat Islam. Beliau adalah manusia pilihan Allah SWT yang telah membawa umat Islam dari kegelapan menuju cahaya.
Cinta kepada Nabi Muhammad SAW merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini sejalan dengan beberapa riwayat yang mengatakan bahwa kita sebagai umat Islam diwajibkan mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi semua makhluk, termasuk keluarga.
Dalam artikel ini, kita akan membahas hadits tentang kewajiban mencintai Nabi melebihi semua makhluk yang ada di muka bumi ini.
Hadits Mencintai Nabi Melebihi Kecintaan kepada Diri Sendiri
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Hisyam, bahwa dia berkata:
“Kami pernah bersama Nabi SAW sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, lalu Umar berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku sendiri.’ Maka Nabi SAW bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.’ Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sesungguhnya sekarang, demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Nabi SAW bersabda, ‘Sekarang (imanmu telah benar) wahai Umar’.” (HR. Bukhara No. 6632)
Dari hadits tersebut dapat diambil pelajaran bahwa jika kita ingin memiliki iman yang benar, maka kita harus mencintai Nabi SAW melebihi kecintaan kita kepada diri sendiri.
Hadits Mencintai Nabi Melebihi Kecintaan kepada Orang Tua dan Anak
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Demi dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, tidaklah beriman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada orang tua dan anaknya.” (HR. Bukhari No. 1014)
Hadits Mencintai Nabi Melebihi Kecintaan kepada Keluarga, Harta, dan Seluruh Manusia
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seorang hamba sehingga aku lebih ia cintai daripada keluarga dan hartanya serta manusia seluruhnya.” (HR. Muslim )
Itulah beberapa hadits yang menjelaskan kewajiban kita sebagai muslim untuk mencintai Nabi SAW melebihi cinta kita kepada diri sendiri, orang tua, anak, harta hingga seluruh manusia yang ada di muka bumi.
Apa yang terjadi jika cinta kita kepada makhluk melebihi cinta kita kepada Nabi SAW?
Tidak tanggung-tanggung Allah SWT mengancam kita jika ternyata rasa cinta kita kepada makhluk melebihi cinta kita kepada Nabi SAW, Allah SWT berfirman di dalam QS. At Taubah: 24
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Baca juga: 6 Cara Menghindari Sifat Fasik
Fokus pada kalimat “maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya”, beberapa ahli tafsir seperti Imam Mujahid dan Imam Hasan Basri menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud dengan kalimat tersebut adalah siksaan yang pedih baik di dunia maupun di akhirat.
Mari cintai Nabi SAW melebihi cinta kita kepada siapapun, semoga dengan itu kita dapat menyempurnakan iman dan tidak mendapat ancaman dari Allah SWT. Aamiin
===
Referensi: Kitab Hubb an-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallah wa alamatuhu