Daily Muslim
  • News
  • Guideline
    • Bersuci
    • Shalat
    • Puasa
    • Haji dan Umrah
    • Hukum Islam
    • Pernikahan
    • Jual Beli
    • Kurban
    • Wakaf
  • Lifestyle
  • Insight
  • Muslimah
  • Parenting
  • Doa Islami
No Result
View All Result
Daily Muslim
  • News
  • Guideline
    • Bersuci
    • Shalat
    • Puasa
    • Haji dan Umrah
    • Hukum Islam
    • Pernikahan
    • Jual Beli
    • Kurban
    • Wakaf
  • Lifestyle
  • Insight
  • Muslimah
  • Parenting
  • Doa Islami
No Result
View All Result
Daily Muslim
Home Insight Hadits

Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar Berdasarkan Hadits Nabi SAW

by Daily Muslim
17 Maret 2024
matahari terbit dengan sinar putih
Share ke WAShare ke TelegramShare ke FB

Pada artikel sebelumnya tentang kapan malam lailatul qadar, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita harus mencari malam lailatul qadar itu di malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, yaitu tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29 Ramadhan.

Namun, tahukah kamu bahwa malam lailatul qadar memiliki ciri? Ciri-ciri malam lailatul qadar tersebut disampaikan langsung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melalui hadits-haditsnya.

Di dalam artikel ini, kita akan membahas ciri-ciri malam lailatul qadar berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Daftar Isi

Toggle
  • 1. Matahari terbit dengan sinar putih bersih dan tidak terasa terik panas
  • 2. Cuaca mendung dan turun hujan
  • Kesimpulan
    • Baca Juga
    • Hukum Puasa Bagi Anak Kecil yang Belum Baligh
    • Dalil Tentang Kewajiban Puasa Ramadhan Berdasarkan Al Quran & Hadits

1. Matahari terbit dengan sinar putih bersih dan tidak terasa terik panas

Ciri yang pertama malam lailatul qadar adalah matahari yang terbit setelah malam lailatul qadar terbit dengan sinar berwarna putih bersih dan sinarnya tidak terasa terik panas.

Hal ini sesuai dengan hadits yang disampaikan oleh Ubay bin Ka’b dia berkata,

لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ هِيَ الَّتِي أَخْبَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ بَيْضَاءَ تَرَقْرَقُ و حَدَّثَنَاه عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ بِإِسْنَادِهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ وَزَادَ فِيهِ لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ

“Malam lailatul qadar adalah malam ke dua puluh tujuh dalam bulan Ramadan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kami bahwa di antara tanda-tandanya adalah terbitnya matahari dengan sinar berwarna putih bersih.” Telah menceritakannya kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris dengan sanadnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti hadits tersebut. Namun ia menambahkan, “Matahari terbit tanpa terik panas.” (Hadits Riwayat Ahmad No. 20248)

Hadits serupa juga terdapat pada Hadits Riwayat Ahmad No. 20249 dan 20253.

2. Cuaca mendung dan turun hujan

Ciri berikutnya adalah jika hari tersebut mendung dan turun hujan pada malam harinya.

Hal ini sesuai dengan hadits dari Abu Salamah ketika ia bertanya kepada Abu Sa’id Al Khudri tentang malam lailatul qadar, Abu Sa’id Al Khudri menjawab:

جَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ السَّقْفُ وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ فَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ

“Pada suatu hari ada banyak awan (mendung) lalu turun hujan lebat hingga atap Masjid menjadi bocor oleh air hujan. Waktu itu atap masih terbuat dari daun pohon kurma. Ketika shalat dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sujud di atas air dan lumpur hingga tampak sisa tanah becek pada dahi beliau.” (Hadits Riwayat Bukhari No. 629)

Hadits serupa juga disampaian oleh Abu Sa’id Al Khudri:

اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ الْأُوَلِ مِنْ رَمَضَانَ وَاعْتَكَفْنَا مَعَهُ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ إِنَّ الَّذِي تَطْلُبُ أَمَامَكَ فَاعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ فَاعْتَكَفْنَا مَعَهُ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ إِنَّ الَّذِي تَطْلُبُ أَمَامَكَ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطِيبًا صَبِيحَةَ عِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ فَقَالَ مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَرْجِعْ فَإِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نُسِّيتُهَا وَإِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي وِتْرٍ وَإِنِّي رَأَيْتُ كَأَنِّي أَسْجُدُ فِي طِينٍ وَمَاءٍ وَكَانَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ جَرِيدَ النَّخْلِ وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ شَيْئًا فَجَاءَتْ قَزْعَةٌ فَأُمْطِرْنَا فَصَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ وَالْمَاءِ عَلَى جَبْهَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَرْنَبَتِهِ تَصْدِيقَ رُؤْيَاهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan i’tikaf pada sepuluh malam yang awal dari Ramadan, dan kami juga ikut beri’tikaf bersama beliau. Lalu datanglah Malaikat Jibril berkata, “Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya).” Maka Beliau beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahannnya dan kami pun ikut beri’tikaf bersama Beliau. Kemudian Malaikat Jibril datang lagi dan berkata, “Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya).” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memberi khuthbah kepada kami pada pagi hari di hari ke dua puluh dari bulan Ramadan, sabdanya: “Barangsiapa sudah beri’tikaf bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka pulanglah, karena aku diperlihatkan (dalam mimpi) Lailatul Qadar namun aku dilupakan waktunya yang pasti. Namun dia ada pada sepuluh malam-malam akhir dan pada malam yang ganjil. Sungguh aku melihat dalam mimpi, bahwa aku sujud di atas tanah dan air (yang becek).” Pada masa itu atap masjid masih terbuat dari daun dan pelepah pohon kurma, dan kami tidak melihat sesuatu di atas langit hingga kemudian datang awan dan turunlah air hujan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat bersama kami hingga aku melihat sisa-sisa tanah dan air pada wajah dan ujung hidung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bukti kebenaran mimpi beliau.” (Hadits Riwayat Bukhari No. 771, 792, 1877, 1879, 1887 dan 1895)

Baca Juga

9 Hal yang Membatalkan Puasa, Jangan Sampai Keliru!

7 Hadits tentang Sahur: Anjuran, Keutamaan dan Menu Sahur

Kesimpulan

Dari berbagai hadits yang menerangkan tentang ciri-ciri malam lailatul qadar, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa malam lailatul qadar memiliki ciri sebagai berikut:

ADVERTISEMENT
  1. Hari tersebut mendung dan turun hujan pada malam harinya
  2. Matahari yang terbit setelah malam lailatul qadar memiliki sinar yang putih bersih namun tidak terasa terik panas

Tugas kita adalah meningkatkan kualitas ibadah kita di 10 malam terakhir bulan Ramadhan untuk mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar.

Semoga kita bisa mendapatkannya. Aamiin.

Tags: Bulan RamadanLailatul Qadar
ADVERTISEMENT

Artikel Terkait

ilustrasi suami istri

Larangan Suami Menceritakan Kisah Persetubuhan dengan Istri dalam Islam

by Daily Muslim

Dalam ajaran Islam, terdapat banyak petunjuk yang mengatur hubungan antara suami dan istri, termasuk dalam...

Jelang Puasa-Lebaran, Siap-Siap Long Weekend 14 Hari

Cara Mengganti Utang Puasa yang Sudah Lewat 2 Kali Ramadhan

by Daily Muslim

Utang puasa yang belum sempat diganti hingga melewati dua kali Ramadhan menjadi persoalan yang sering...

apakah onani saat puasa membatalkan puasa

Onani atau Masturbasi Saat Puasa: Apakah Membatalkan Puasa?

by Daily Muslim

Onani atau masturbasi adalah suatu tindakan yang umumnya dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual dengan merangsang...

Load More

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

beras di dalam wadah

Hukum Tidak Membayar Zakat Fitrah: Penjelasan Lengkap Berdasarkan Dalil Qur’an, Hadits, dan Ijtihad Ulama

orang sedang membuka al quran

Hukum Belajar Ilmu Tajwid: Penjelasan Lengkap Berdasarkan Dalil dan Pandangan Ulama

berpegangan tangan

Hukum Pacaran dalam Islam: Penjelasan Komprehensif

seorang lansia dengan rambut penuh uban

Hukum Mencabut Uban dalam Islam: Larangan, Dalil, dan Hikmah di Baliknya

Person Holding Stainless Steel Faucet

Hukum Mencukur Bulu Kemaluan dalam Islam: Dasar Hukum, Dalil, dan Pandangan Ulama

Seedbacklink
  • Tentang
  • Hubungi
  • Periklanan
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • News
  • Guideline
    • Bersuci
    • Shalat
    • Puasa
    • Haji dan Umrah
    • Hukum Islam
    • Pernikahan
    • Jual Beli
    • Kurban
    • Wakaf
  • Lifestyle
  • Insight
  • Muslimah
  • Parenting
  • Doa Islami