Apakah kamu familiar dengan kalender Hijriyah?
Kalender ini merupakan sistem penanggalan yang digunakan oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Berbeda dengan kalender Gregorian yang kita gunakan sehari-hari yang biasa kita sebut dengan kalender Masehi, perhitungan tanggal dan bulan pada kalender Hijriyah didasarkan pada pergerakan fase bulan.
Setiap tahun Hijriyah terdiri dari 12 bulan, yaitu Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah.
Jumlah hari yang ada di bulan-bulan tersebut terdiri dari 29 atau 30 hari. Berbeda dengan kalender Masehi yang biasanya terdiri dari 30 atau 31 hari di setiap bulannya.
Bagi kita umat Islam, mengetahui bulan-bulan Hijriyah sangat penting. Karena bulan-bulan ini tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu untuk ibadah, seperti puasa di bulan Ramadhan dan pelaksanaan haji, tetapi juga mengingatkan kita pada berbagai peristiwa bersejarah dalam Islam.
Sejarah Penanggalan Hijriyah
Selanjutnya, mari kita belajar lebih dalam mengenai sejarah penanggalan di kalender Hijriyah.
Penanggalan ini berasal dari peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Hijrah bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga melambangkan pergeseran dalam kehidupan umat Muslim, dari penindasan di Mekkah menuju pembentukan komunitas Muslim yang mandiri di Madinah.
Tahun hijrah, atau yang dikenal sebagai “tahun 1 Hijriyah,” menjadi titik awal penanggalan dalam Islam.
Penetapan tahun ini dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, yang menyadari pentingnya menciptakan sistem penanggalan yang dapat membantu umat Muslim dalam mengatur waktu ibadah dan kegiatan sehari-hari. Tahun hijrah menjadi simbol perjuangan, keberanian, sekaligus ketahanan umat dalam menghadapi tantangan.
Dengan memahami asal usul dan makna tahun hijrah, kita bisa lebih menghargai setiap bulan dalam kalender Hijriyah. Setiap bulan tidak hanya menunjukkan waktu, tetapi juga mengingatkan kita akan nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan sejarah umat Islam.
12 Bulan dalam Islam (Kalender Hijriyah)
Sekarang, mari kita bahas lebih mendalam tentang masing-masing bulan dalam kalender Hijriyah.
Setiap bulan memiliki makna, keutamaan, dan peristiwa penting yang bisa kita pelajari dan resapi. Yuk, kita simak!
1. Muharram (محرم)
Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan dianggap sebagai bulan suci dan mulia.
Nama Muharram berasal dari kata “haram,” yang berarti terlarang, karena orang Arab jahiliyah mengharamkan peperangan di bulan ini.
Terdapat sejumlah amalan yang sangat dianjurkan, seperti membaca doa awal tahun pada 1 Muharram, melaksanakan puasa Tasu’a pada 9 Muharram, puasa ‘Asyura pada 10 Muharram, dan puasa pada tanggal 11 Muharram.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada bulan Muharram adalah peristiwa hijrahnya Nabi Musa dan umatnya dari Mesir, serta tragedi Karbala yang dialami oleh cucu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Hussain bin Ali.
2. Safar (صفر)
Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah. Nama Shafar berasal dari kata “shifr,” yang berarti kosong atau pergi.
Hal ini merujuk pada situasi perkampungan Arab yang menjadi kosong ketika penduduknya keluar untuk perang.
Meskipun ada kepercayaan bahwa bulan ini membawa malapetaka, hal itu merupakan mitos yang tidak berdasar. Sebagian umat Islam berdoa dan berharap akan keselamatan di bulan ini.
3. Rabi’ul Awwal (ربيع الأول)
Rabi’ul Awwal adalah bulan ketiga dan dikenal sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau lahir pada 12 Rabi’ul Awwal.
Nama Rabi’ul Awwal berasal dari kata “rabi,” yang berarti semi atau musim bunga, karena bulan ini bertepatan dengan musim semi di Arab.
Di beberapa tempat, banyak umat Muslim merayakan Maulid Nabi dengan mengadakan pengajian dan kegiatan sosial sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi.
4. Rabi’ul Akhir (ربيع الآخر)
Rabi’ul Akhir adalah bulan keempat. Bulan ini juga disebut Rabi’ul Tsani. Nama ini juga berasal dari kata “rabi,” dan bertepatan dengan musim semi di Arab. Tradisi yang berkaitan dengan bulan ini sering kali berkisar pada refleksi spiritual dan amal.
5. Jumada al-Awwal (جمادى الأول)
Jumada al-Awwal adalah bulan kelima, dan nama Jumadi berasal dari kata “jumad,” yang berarti membeku. Ini karena bulan ini bertepatan dengan musim dingin, di mana air membeku.
Bulan ini sering digunakan untuk memperbanyak amal dan kegiatan sosial.
6. Jumada al-Akhir (جمادى الآخر)
Jumada al-Akhir adalah bulan keenam. Nama ini juga berasal dari kata “jumad,” dan bulan ini masih berada dalam musim dingin. Kegiatan di bulan ini sering kali berfokus pada kebajikan dan memperbanyak sedekah.
7. Rajab (رجب)
Rajab adalah bulan ketujuh dan termasuk bulan suci. Nama Rajab berasal dari kata “rajaba,” yang berarti menghormati atau mengagungkan. Di bulan ini, orang Arab jahiliyah menahan diri dari peperangan.
Rajab juga dikenal sebagai bulan istighfar, di mana umat Islam dianjurkan untuk memohon ampun. Salah satu peristiwa penting yang terjadi di bulan ini adalah Isra dan Mi’raj, perjalanan Nabi Muhammad ke sidratul muntaha dan menerima perintah shalat.
8. Sya’ban (شعبان)
Sya’ban adalah bulan kedelapan, dan namanya berasal dari kata “sha’ba,” yang berarti bercabang.
Bulan ini merupakan waktu persiapan menjelang Ramadhan, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak puasa sunnah, termasuk puasa Nisfu Sya’ban pada tanggal 15.
9. Ramadhan (رمضان)
Ramadhan adalah bulan kesembilan yang paling mulia dan penuh berkah.
Nama Ramadhan berasal dari kata “ramdha,” yang berarti panas yang menyengat. Di bulan ini, umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam selama sebulan penuh.
Bulan ini dipenuhi dengan berkah, dan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, juga terjadi di bulan ini.
10. Syawwal (شوال)
Syawwal adalah bulan kesepuluh yang dimulai dengan Idul Fitri, perayaan yang menandai akhir Ramadhan. Nama Syawwal berasal dari kata “shala,” yang berarti mengangkat atau meninggalkan, merujuk pada unta betina yang kekurangan air susu.
Idul Fitri adalah waktu untuk bersyukur dan berbagi kebahagiaan serta rezeki dengan yang membutuhkan.
11. Dzulqa’dah (ذو القعدة)
Dzulqa’dah adalah bulan kesebelas. Nama Dzulqa’dah berasal dari kata “qa’ada,” yang berarti duduk. Di bulan ini, orang Arab jahiliyah tidak pergi berperang.
Bulan ini juga menjadi bulan istirahat bagi umat Muslim sebelum melaksanakan ibadah haji di bulan berikutnya.
12. Dzulhijjah (ذو الحجة)
Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam kalender Hijriyah dan merupakan bulan paling agung. Nama Dzulhijjah berasal dari kata “hajj,” yang berarti haji atau berkunjung.
Pada bulan ini, umat Islam berkumpul di Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Selain itu, Dzulhijjah juga merupakan bulan pengorbanan, di mana umat Islam melaksanakan qurban pada tanggal 10 Dzulhijjah, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Idul Adha.
Perbedaan antara Kalender Hijriyah dan Kalender Masehi
Sekarang, mari kita bahas perbedaan antara kalender Hijriyah dan kalender Masehi.
Meskipun keduanya digunakan di seluruh dunia, ada beberapa perbedaan mendasar yang memengaruhi cara kita menjalani kehidupan sehari-hari.
1. Sistem Kalender
Kalender Hijriyah adalah kalender lunar, yang artinya berbasiskan fase bulan.
Satu tahun dalam kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan dan totalnya sekitar 354 atau 355 hari. Ini menjadikannya lebih pendek dibandingkan kalender Masehi, yang merupakan kalender solar dan terdiri dari 12 bulan dengan total 365 hari (atau 366 hari dalam tahun kabisat).
Karena perbedaan sistem ini, bulan-bulan dalam kalender Hijriyah bergerak maju sekitar 10-12 hari setiap tahun dalam kalender Masehi. Misalnya, bulan Ramadhan dapat jatuh di musim panas, musim dingin, atau bahkan di musim hujan, tergantung tahun.
2. Dampak Perbedaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Perbedaan ini memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Pertama, banyak ibadah dan perayaan dalam Islam, seperti puasa Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, bergantung pada kalender Hijriyah. Karena bulan-bulan Hijriyah tidak selalu bertepatan dengan bulan dalam kalender Masehi, umat Islam harus selalu memperhatikan penanggalan untuk memastikan mereka melaksanakan ibadah pada waktu yang tepat.
Selain itu, kegiatan pertanian, pernikahan, dan tradisi sosial lainnya juga sering kali disesuaikan dengan bulan Hijriyah. Misalnya, banyak pasangan memilih untuk menikah pada bulan-bulan tertentu seperti Syawwal atau Dzulhijjah.
Namun, banyak juga umat Islam yang menggunakan kedua kalender ini secara bersamaan. Mereka sering mencatat tanggal dalam kalender Masehi untuk keperluan administrasi dan bisnis, sementara tetap memperhatikan kalender Hijriyah untuk ibadah dan perayaan.
Dengan memahami perbedaan ini, kamu bisa lebih menghargai bagaimana kedua sistem kalender ini saling melengkapi dan memengaruhi kehidupan sehari-hari umat Islam.
Kesimpulan
Nah, sudah cukup jauh kita membahas kalender Hijriyah dan bulan-bulannya, bukan?
Mengenal bulan-bulan Hijriyah itu sangat penting, bukan hanya sebagai penanda waktu, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan spiritualitas kita sebagai umat Islam. Setiap bulan memiliki makna dan keutamaan yang bisa kita resapi, serta amalan-amalan yang dapat memperkaya iman kita.
Dengan memahami setiap bulan, kamu bisa lebih menghargai momen-momen spesial dalam hidup, seperti Ramadhan, Idul Fitri, dan perayaan-perayaan lainnya. Ini juga membantu kita menyesuaikan kegiatan sehari-hari, seperti pernikahan atau tradisi keluarga, dengan penanggalan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai agama.
Semoga setelah membaca artikel ini, kamu semakin memahami dan menghargai kalender Hijriyah.