Dalam Islam, masuknya waktu shalat ditandai dengan kumandang adzan yang terdengar 5 kali sehari di masjid-masjid atau tempat yang biasa digunakan untuk shalat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan adzan, seperti pengertiannya, maknanya, tata caranya dan bagaimana sejarah permulaan perintah adzan pertama kali disyariatkan.
Mari kita mulai.
Apa itu Adzan?
Dalam Kitab Fathul Baari yang ditulis oleh seorang ulama muslim yaitu Ibnu Hajar Al Asqalani dijelaskan bahwa adzan memiliki dua arti, arti secara bahasa dan syariat.
Secara bahasa, adzan berarti I’lam yaitu sebuah pemberitahuan.
Definisi ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 3:
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ
“Dan inilah suatu pemberitahuan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia…”
Sedangkan secara syariat, adzan berarti sebuah pemberitahuan datangnya waktu shalat dengan lafadz-lafadz tertentu (khusus).
Makna Adzan
Menurut Al Qurthubi, walaupun lafadz adzan sangat sederhana, namun lafadz-lafadz tersebut sudah mencakup semua hal tentang akidah.
Lafadz adzan dibuka dengan kalimat Allahu Akbar (Allah Maha Besar) yang mencerminkan wujud dan kesempurnaan Allah SWT.
Kemudian dilanjutkan dengan kalimat tauhid Asyhadu allaa ilaaha illallaah (aku bersaksi tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah) yang mencerminkan sebuah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang akan kita sembah kecuali Allah SWT.
Lafadz ketiga yaitu Asyhadu anna muhammadarrasuulullaah (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) yang merupakan kesaksian bahwa kita meyakini risalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan sebuah ajakan untuk menaatinya.
Selanjutnya ada kalimat Hayya ‘alal falaah (mari menuju kemenangan) yang merupakan seruan kepada kita untuk menuju kemenangan, yaitu kehidupan yang kekal di akhirat kelak.
Sejarah dan Permulaan Adzan dalam Islam
Adzan pertama kali dikumandangkan di Madinah.
Tapi ada perbedaan tentang kapan tahun disyariatkannya adzan, ada yang mengatakan tahun pertama hijriyah ada juga yang mengatakan tahun kedua hijriyah.
Namun, berdasarkan riwayat Abu Syaikh dan Ibnu Abbas, perintah adzan turun bersamaan dengan turunnya QS. Al-Maidah : 58.
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa dulu ketika orang Yahudi mendengar adzan, mereka berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “Wahai Muhammad, sungguh engkau telah membuat sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya”.
Inilah yang menjadi sebab turunnya firman Allah surat Al-Maidah ayat 58:
وَاِذَا نَادَيْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوْهَا هُزُوًا وَّلَعِبًا ۗذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ
“Apabila kamu menyeru untuk (melaksanakan) salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak mengerti.”
Perintah adzan juga terdapat pada hadits yang datang dari Anas bin Malik, dia berkata,
ذَكَرُوا النَّارَ وَالنَّاقُوسَ فَذَكَرُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى فَأُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ
“Orang-orang menyebut-nyebut tentang api dan lonceng (dalam mengusulkan cara memanggil shalat). Lalu ada juga di antara mereka yang mengusulkan seperti kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dengan dua kali dua kali dan iqamat dengan bilangan ganjil.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 568 dan 3198)
Cerita serupa pernah diceritakan dalam sebuah hadits yang datang dari Ibnu Umar, begini ceritanya:
كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلَاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلَا تَبْعَثُونَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بِلَالُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلَاةِ
“Ketika Kaum Muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul untuk shalat dengan cara memperkirakan waktunya, dan tidak ada panggilan untuk pelaksanaan shalat. Suatu hari mereka memperbincangkan masalah tersebut, di antara mereka ada yang mengusulkan lonceng seperi loncengnya Kaum Nashrani dan sebagaian lain mengusulkan untuk meniup terampet sebagaimana Kaum Yahudi. Maka ‘Umar pun berkata, “Mengapa tidak kalian suruh seseorang untuk mengumandangkan panggilan shalat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda: “Wahai Bilal, bangkit dan serukanlah panggilan shalat.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 569)
Itulah permulaan dan sejarah adanya perintah adzan yang kita dengar di setiap waktu shalat.
Tata Cara Adzan
Kalimat-kalimat adzan diucapkan dua kali – dua kali. Hal ini sesuai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Qilabah dan Anas bin Malik, dia berkata:
أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ إِلَّا الْإِقَامَةَ
“Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamat, kecuali kalimat iqamat ‘Qad qaamatish shalah (shalat telah dikumandangkan) ‘.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 570)
Dalam Kitab Fathul Baari dijelaskan bahwa hadits di atas menjadi dalil agar setiap kalimat adzan diucapkan dua kali (genap), kecuali kalimat terakhir “Laa ilaaha illallaah” itu hanya diucapkan satu kali.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Setelah membaca penjelasan dari para ulama, kita dapat mengambil beberapa pelajaran, pelajaran ini diambil dari Kitab Fathul Baari karya Ibnu Hajar Al Asqalani, antara lain:
- Kalimat adzan diucapkan dua kali – dua kali bertujuan untuk menyeru atau memanggil orang-orang untuk shalat yang bisa jadi mereka tidak berada di dekat tempat shalat, maka dari itu butuh pengulangan.
- Lain halnya dengan iqamat yang diucapkan hanya satu kali, karena tujuan iqamat adalah untuk mereka yang sudah ada di tempat shalat, sehingga tidak butuh pengulangan.
- Dalam mengumandangkan adzan, disunnahkan berada di tempat yang agak tinggi dan menggunakan suara yang lantang.
Itulah penjelasan lengkap tentang pengertian adzan, makna, sejara dan tata cara bagaimana mengumandangkan adzan sesuai hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
===
Sumber:
- Kitab Fathul Baari, Bab Adzan, Ibnu Hajar Al Asqalani
- Qur’an Kemenag RI