Biografi Naja Hafiz Indonesia: Hafiz Cilik yang Penuh Semangat

DailyMuslim.id – Naja, seorang penghafal Quran cilik yang pernah berpartisipasi dalam program Ramadan di RCTI tahun 2019 bertajuk Hafiz Indonesia, kini menjadi pusat perhatian.

Perhatian tersebut muncul setelah Naja kehilangan ibunda tercinta pada hari Senin (15/7/2024) di RSUP Mataram, NTB. Ibunda Naja menghembuskan nafas terakhir di usia 43 tahun.

Naja dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai hafiz cilik. Dalam acara tersebut, momen emosional terjadi ketika Almarhum Syekh Ali Jaber, yang menjabat sebagai juri, mencium kaki Naja.

Bagi yang mungkin belum familiar dengan sosok Naja, berikut adalah biodata yang dirangkum dari berbagai sumber untuk mengenal lebih dalam.

Daftar Isi

Biodata Naja Hafiz Indonesia

Muhammad Naja Hudia Afifurohman Agusfian, yang akrab disapa Naja, lahir pada 17 November 2009 di Mataram, NTB. Ia adalah putra dari Agusfian Hidayatullah dan Dahlia Andayani, warga Kelurahan Gomong, Kecamatan Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Sejak lahir, Naja didiagnosis dengan cerebral palsy, yang memengaruhi pertumbuhannya dibandingkan anak-anak lain. Kondisi ini menyebabkan Naja mengalami kehilangan motorik, sehingga ia kesulitan berjalan, bergerak, dan bahkan menelan makanan. Meskipun demikian, semangatnya untuk belajar dan menghafal Alquran sangat besar.

Kelahiran Naja membawa kekhawatiran bagi orangtuanya. Ia lahir dalam keadaan prematur, dan dokter mengonfirmasi bahwa Naja menyandang cerebral palsy. Namun, dengan kasih sayang dan usaha dari orangtuanya, Naja menunjukkan kemajuan. Dalam waktu tiga hari setelah lahir, tekanan jantungnya mulai normal berkat ASI dari ibunya.

Walaupun Naja hanya mampu terlentang selama enam bulan setelah lahir, pada usia 3,5 tahun, ia bisa duduk. Dalam perjalanan hidupnya, Naja mulai menghafal Alquran, dan pada usia 8 tahun, ia berhasil menghafal 30 juz dalam waktu 10 bulan, dari Februari hingga November 2018.

Prestasi Naja tidak hanya terletak pada hafalan, tetapi juga pada kemampuannya untuk mengingat posisi ayat dan letak surat dengan baik. Kecintaannya terhadap Alquran berkembang sejak dalam kandungan, dan meskipun mengalami kesulitan dalam mendapatkan sekolah karena kondisi fisiknya, Naja tetap optimis.

Orang tua Naja, Dahlia dan Agusfian, terus berusaha memberikan yang terbaik untuk anak mereka. Dahlia pernah mengatakan, “Saya yakin Allah akan memberikan jalan ketika kita berserah diri dan berusaha yang terbaik untuk anak yang dititipkan kepada kita.”

Segala kelebihan dan kekurangan Naja menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Agusfian berharap Naja dapat menjadi teladan dan motivasi, terutama bagi anak-anak seusianya dan mereka yang menghadapi tantangan serupa.