Iri seringkali dikaitkan dengan perasaan negatif, di dalam Islam, iri dianggap sebagai tindakan tercela yang harus kamu hindari.
Namun, ada dua jenis iri yang diperbolehkan dan bahkan dapat memberikan manfaat positif bagi kamu.
Apa saja itu?
Pada artikel ini, kami akan membahas secara detail tentang kedua jenis iri tersebut dengan bahasa yang sederhana.
Apa itu iri di dalam Islam?
Iri atau “hasad” dalam Islam didefinisikan sebagai perasaan tidak suka terhadap kebahagiaan orang lain, dan berharap agar kebahagiaan tersebut hilang dari orang tersebut.
Susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah.
Dalam ajaran Islam, iri dianggap sebagai salah satu penyakit hati yang paling berbahaya dan harus dihindari.
Iri dapat membawa dampak negatif bagi diri sendiri, orang lain, serta hubungan antara kita dengan Allah SWT.
Iri yang diperbolehkan dalam Islam
Walaupun secara umum sifat iri itu tidak baik, namun ada 2 jenis iri yang diperbolehkan dalam Islam.
Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhilallahu ‘anhu yang artinya:
“Tiada rasa iri yang dibenarkan kecuali dalam dua hal; rasa iri terhadap orang yang diberi karunia pemahaman kandungan Al Quran kemudian ia mengamalkannya siang malam,dan terhadap orang yang dikaruniai Allah harta yang kemudian ia infakkan siang malam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
1. Iri kepada orang yang memahami Al Quran dan ia mengamalkannya
Iri terhadap orang yang memahami Al Quran dan ia mengamalkannya, termasuk jenis iri yang diperbolehkan dalam Islam.
Orang yang memahami Al Quran dan mengamalkannya dianggap sebagai hamba Allah SWT yang taat dan dekat dengan-Nya.
Rasa iri yang muncul karena melihat kebaikan dan manfaat yang ditimbulkan oleh orang yang memahami dan mengamalkan Al Quran dapat memotivasi kamu untuk mempelajari Al Quran lebih dalam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, rasa iri yang muncul harus tetap dalam batas-batas yang wajar dan tidak berlebihan.
2. Iri kepada orang yang kaya dan ia menginfakkan harta kekayaannya
Berikutnya adalah iri terhadap orang yang diberi harta dan ia menginfakkannya.
Orang yang diberi harta oleh Allah SWT dan memilih untuk menginfakkannya untuk kebaikan dan kemanfaatan orang lain dianggap sebagai hamba Allah SWT yang taat dan bermanfaat.
Oleh karena itu, rasa iri yang muncul karena melihat kebaikan dan manfaat yang ditimbulkan oleh orang yang diberi harta tersebut dapat memotivasi kita untuk menjadi seperi mereka.
Namun, seperti halnya iri terhadap orang yang memahami Al Quran, perlu diingat bahwa rasa iri yang diperbolehkan dalam Islam harus tetap dalam batas-batas yang wajar dan tidak berlebihan.
Baca juga: Cara menghindari sifat munafik dalam Islam
Iri yang berlebihan dapat membawa dampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain, seperti kecemburuan, permusuhan, dan hasad.
Wallahualam bish-shawab.