Belakangan ini, istilah “salafi” lagi hits di kalangan umat Muslim di Indonesia.
Tapi, masih banyak yang bingung, apa sih sebenarnya salafi itu?
Apakah ini kelompok yang bisa bikin umat Islam terpecah belah?
Yuk, kita ulas bersama!
Apa Itu Salafi?
Secara umum, istilah “salafi” berasal dari kata “salaf,” yang berarti generasi awal umat Islam. Ini merujuk kepada para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tabi’in (generasi yang hidup setelah sahabat), dan atba’it tabi’in (generasi setelah tabi’in).
Mereka dianggap sebagai generasi terbaik, karena mendapatkan ajaran langsung dari Nabi dan hidup pada masa yang penuh berkah.
Dalam buku “Nazarat fi Jauharatit Tauhid” yang ditulis oleh Dr. Abdul Hamid Ali Izz Al-Arab, Dr. Shalah Mahmud Al-‘Adily, dan Dr. Ramadhan Abdul Basith Salim, salafi dijelaskan sebagai individu—baik ulama maupun orang biasa—yang muncul setelah tahun 300 H dan mengikuti metode salaf.
Jadi, salafi bukan sekadar istilah untuk sekelompok orang, tetapi lebih kepada cara memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran generasi awal.
Rujukan Utama Kaum Salafi
Bagi kaum salafi, rujukan utama dalam menjalani hidup beragama adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Mereka berusaha untuk kembali pada ajaran Islam yang murni, tanpa pengaruh tambahan dari budaya atau ideologi lain.
Dalam konteks ini, mereka berusaha menghindari hal-hal yang dianggap bid’ah (inovasi dalam agama), khurafat (kepercayaan tak berdasar), dan syirik (menyekutukan Allah).
Salah satu tokoh penting yang sering dijadikan rujukan adalah Imam al-Safarani.
Beliau menjelaskan bahwa mazhab Ahmad bin Hambali juga berperan penting dalam memahami ajaran Islam.
Mengapa demikian? Karena ajaran ini dianggap paling dekat dengan praktik yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Salah satu hadits yang sering dikutip oleh kaum salafi adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah pada zamanku (sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang setelahnya lagi (atba’it tabi’in).” (HR. Bukhari no. 2457)
Hadits ini menekankan betapa pentingnya mengikuti jejak generasi awal sebagai teladan dalam beragama.
Prinsip-prinsip Kaum Salafi
Kaum salafi memiliki beberapa prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam beragama.
Mari kita bahas satu per satu:
- Rujukan Utama: Mereka percaya bahwa Al-Qur’an dan Sunnah adalah sumber utama dalam memahami akidah. Segala sesuatu yang dilakukan harus berdasarkan keduanya, dan mereka mengutamakan ijma’ (kesepakatan) dari Ulama Salaf.
- Ketaatan: Salafi menekankan pentingnya taat kepada pemimpin selama pemimpin tersebut tidak mengajak untuk melakukan maksiat. Ini berarti bahwa mereka menghargai kepemimpinan dan peraturan dalam masyarakat, selama itu sesuai dengan prinsip Islam.
- Hati-hati dalam Mengkafirkan: Kaum salafi memiliki prinsip untuk tidak sembarangan mengkafirkan orang lain. Mereka percaya bahwa hanya tindakan yang jelas membatalkan akidah yang dapat membuat seseorang dianggap kafir.
- Cinta Akidah: Mereka yang berpegang pada prinsip salafi diwajibkan untuk mencintai dan mendukung orang-orang yang memegang teguh akidah Islam. Sebaliknya, mereka diharuskan untuk menjauhi dan tidak bersekutu dengan orang-orang yang memusuhi akidah.
- Dakwah: Salafi percaya bahwa tugas utama umat Islam adalah melakukan dakwah, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Mereka berpegang pada prinsip amar makruf nahi mungkar, yang artinya menyuruh kepada yang baik dan mencegah yang buruk.
Salafi Bukan Sekadar Kelompok
Banyak orang keliru menganggap salafi sebagai kelompok atau golongan tertentu yang bisa memecah belah umat Islam.
Sebenarnya, salafi adalah manhaj, atau cara hidup, yang dianjurkan untuk diikuti oleh setiap Muslim.
Mereka yang mengikuti prinsip-prinsip salaf disebut sebagai salafi, tanpa memandang latar belakang atau tempat tinggal mereka.
Menjadi salafi bukan berarti terikat pada satu kelompok tertentu. Justru, ini lebih kepada upaya menjaga akidah dan mengikuti ajaran Nabi sesuai dengan teladan generasi awal.
Dalam konteks ini, salafi bersifat inklusif dan terbuka, asalkan prinsip yang dipegang sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Tantangan dan Penerimaan
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri, kaum salafi sering kali menghadapi tantangan dalam memahami dan diterima di tengah masyarakat.
Ada anggapan bahwa mereka kaku atau fanatik. Padahal, banyak penganut salafi yang berusaha menjalankan ajaran Islam dengan moderat dan penuh cinta kasih.
Di sisi lain, ada juga yang merasa terasing dengan sikap salafi yang sangat hati-hati dalam hal mengkafirkan atau menjauhi yang dianggap menyimpang. Ini semua kembali kepada pemahaman dan interpretasi masing-masing individu terhadap ajaran Islam.
Kesimpulan
Jadi, salafi adalah istilah yang merujuk kepada orang-orang yang berusaha memahami dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh generasi awal.
Mereka menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai panduan utama, dan memiliki berbagai prinsip yang mendasari perilaku dan tindakan mereka.
Jadi, ketika mendengar kata “salafi,” ingatlah bahwa ini bukan sekadar kelompok, tetapi sebuah manhaj yang bertujuan untuk menjaga akidah dan mengamalkan Islam secara benar.
Semoga penjelasan ini membantu kamu memahami lebih dalam tentang salafi dan manhaj salaf!