Lamaran atau khitbah merupakan langkah awal yang penting dalam proses menuju pernikahan dalam Islam.
Tradisi tukar cincin saat lamaran telah menjadi bagian dari prosesi lamaran di berbagai budaya, termasuk di Indonesia.
Namun, banyak pertanyaan muncul terkait hukum tukar cincin dalam Islam. Apakah tradisi ini diperbolehkan? Apa hikmah dan manfaatnya? Bagaimana etika dan tata cara tukar cincin yang sesuai dengan syariat Islam?
Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang hukum tukar cincin dalam Islam pada saat lamaran.
Hukum Tukar Cincin dalam Islam
Pada dasarnya, memberkan cincin kepada calon pasangan adalah perkara mubah (diperbolehkan).
Namun, hal tersebut bisa menjadi haram apabila niat dan tujuannya salah, karena kita tahu bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya.
Jika tukar cincin dilakukan dengan niat mengikuti tren atau tradisi orang-orang nasrani, maka hal ini dilarang.
Hadits tentang larangan menyerupai suatu kaum:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad no. 4869)
Tapi, jika tukar cincin diniatkan untuk memberikan hadiah kepada calon pasangan, maka ini diperbolehkah.
Dalam tradisi tukar cincin ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah bahan cincin yang dipakai. Untuk laki-laki tidak diperbolehkah memakai cincin berbahan emas, sedangkan wanita boleh.
Ini hadits tentang laki-laki tidak boleh memakai emas terdapat pada hadits dari Abu Musa, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُحِلَّ الذَّهَبُ وَالْحَرِيرُ لِإِنَاثِ أُمَّتِي وَحُرِّمَ عَلَى ذُكُورِهَا
Artinya: “Emas dan sutra dihalalkan bagi para wanita dari umatku dan diharamkan bagi para lelakinya.” (HR. An Nasa’i no. 5057).
Kesimpulan
Tradisi tukar cincin dalam lamaran bukanlah sesuatu yang diwajibkan dalam Islam. Namun, tradisi ini pada dasarnya diperbolehkan selama dilaksanakan dengan mengikuti etika dan tata cara yang sesuai syariat. Cincin yang digunakan sebaiknya sederhana dan tidak mengandung unsur kesyirikan.
Tradisi tukar cincin dapat memiliki hikmah dan manfaat sebagai simbol ikatan dan komitmen antara calon pasangan serta pengingat akan prosesi lamaran dan pernikahan. Namun, perlu diingat bahwa lamaran belum sah secara agama dan tidak boleh diartikan sebagai ikatan pernikahan yang mengizinkan hal-hal yang dilarang sebelum akad nikah yang sah.
Jika Anda hendak melaksanakan tradisi tukar cincin dalam lamaran, pastikan niatnya baik dan sesuai syariat Islam. Fokuslah pada tujuan utama lamaran yaitu sebagai pernyataan keseriusan untuk menuju pernikahan yang islami dan penuh berkah.
===
Referensi:
– Kitab-Kitab Hadits Populer
– Panduan Muslim Sehari-Hari dari Kandungan Sampai Mati karya Dr. KH. M. Hamdan Rasyid, M.A. dan Ust. Saiful Hadi El-Sutha, S.Ag.