Tahukah kamu bahwa hilal merupakan salah satu penanda dimulainya bulan baru dalam Islam?
Hilal adalah bulan sabit yang pertama kali muncul setelah terjadinya gerhana bulan atau setelah bulan sabit sebelumnya menghilang.
Dalam Islam, penetapan awal bulan berdasarkan hilal sangat penting. Hal ini karena banyak ibadah yang berkaitan dengan awal bulan, seperti puasa Ramadhan dan haji. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk mengetahui bagaimana cara melihat hilal.
Dalam artikel ini, akan dibahas kumpulan hadits tentang hilal yang telah kami kumpulkan dari beberapa kitab rujukan, salah satunya adalah kitab hadits Al-Muwattha’ Imam Malik.
Hadits-hadits tersebut akan dibahas secara singkat dan jelas, sehingga kamu lebih mudah memahaminya.
Mari kita mulai.
Hadits tentang Hilal
Hadits Pertama
Hadits ini ada dalam kitab Al-Muwattha’ Imam Malik, Bab Puasa, Hadits No. 557
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang membahas tentang Ramadan. Beliau bersabda: “Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal, jangan kalian berbuka hingga kalian melihat hilal, namun jika hilal tertutup awan atas kalian maka genapkanlah!“
Dari hadits tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk berpuasa setelah melihat bulan sabit baru. Kita juga diperintahkan untuk berbuka (idul fitri) setelah melihat bulan sabit baru.
Namun jika bulan sabit baru tidak terlihat karena tertutup awan, maka umat Islam harus menggenapkan jumlah hari bulan sebelumnya menjadi 30 hari.
Hadits Kedua
Hadits ini ada dalam kitab Al-Muwattha’ Imam Malik, Bab Puasa, Hadits No. 558
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin ‘Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Satu bulan itu ada dua puluh sembilan hari, maka janganlah berpuasa hingga kalian melihat hilal dan jangan berbuka hingga kalian melihat hilal. Jika hilal tertutup oleh awan dari penglihatan kalian maka genapkanlah.“
Hampir senada dengan hadits sebelumnya, pada hadits di atas kita tahu bahwa secara default, 1 bulan dalam Islam itu terdiri dari 29 hari, tapi jika kita tidak melihat hilal pada tanggal 29 malam harinya, maka kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk menggenapkan bulan tersebut menjadi 30 hari.
Misalkan, bulan Ramadhan tahun ini memiliki 29 hari. Pada malam ke-29 Ramadhan, umat Islam tidak dapat melihat hilal karena tertutup awan. Maka, umat Islam harus berpuasa pada hari ke-30 Ramadhan.
Hadits Ketiga
Hadits ini ada dalam kitab Al-Muwattha’ Imam Malik, Bab Puasa, Hadits No. 559
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Tsur bin Zaid Ad Dailami dari Abdullah bin ‘Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membahas tentang Ramadan. Beliau bersabda: “Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal dan jangan berbuka hingga kalian melihat hilal. Jika terhalang oleh awan, maka genapkanlah bilangannya menjadi tiga puluh.”
Hadits ini merupakan versi lain dari hadits sebelumnya yang memerintahkan kita untuk menggenapkan Bulan Ramadhan menjadi 30 hari jika kita tidak bisa melihat hilal pada tanggal 29 malam.
Pentingnya Toleransi dalam Penentuan Awal Bulan dalam Islam
Sebagai umat Islam yang hidup di Indonesia, kita harus menyadari bahwa kita memiliki keragaman dalam hal pendapat, termasuk dalam hal penentuan awal bulan. Ada dua pendapat yang umum dalam hal ini, yaitu pendapat yang menggunakan metode hisab (perhitungan) dan pendapat yang menggunakan metode rukyat (pengamatan).
Perbedaan pendapat dalam hal ini bukanlah sesuatu yang buruk. Justru, perbedaan pendapat adalah rahmat dari Allah SWT yang dapat memperkaya wawasan dan pemahaman kita. Dengan perbedaan pendapat, kita dapat saling belajar dan berdiskusi untuk mencari kebenaran.
Untuk menghindari perselisihan, kita perlu bersikap toleran terhadap perbedaan pendapat dalam hal penentuan awal bulan. Kita harus menghormati pendapat orang lain, meski tidak sejalan dengan pendapat kita. Kita juga harus menghindari sikap saling menyalahkan atau menghakimi.
Untuk memudahkan kita dalam mengikuti penentuan awal bulan, kita dapat mengikuti keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama. Keputusan pemerintah ini didasarkan pada hasil ijtihad dari para ulama dan ahli astronomi.
Demikianlah pembahasan tentang kumpulan hadits tentang hilal. Hadits-hadits tersebut menjelaskan tentang cara melihat hilal dan hukumnya. Hadits-hadits tersebut menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menentukan awal bulan.
Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kamu tentang hadits tentang hilal.