Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan kemuliaan. Di bulan inilah Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi umat Islam.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal shalih.
Salah satu cara untuk mengetahui apa saja yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Ramadhan adalah dengan merujuk pada hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam hadits-hadits tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan berbagai keutamaan bulan Ramadhan serta aktivitas sunnah apa saja yang dapat dilakukan di bulan tersebut.
Pada artikel ini, akan dibahas kumpulan hadits yang berkaitan dengan bulan Ramadhan, mulai dari keutamaan bulan Ramadhan hingga aktivitas sunnah apa saja yang direkomendasikan untuk dilakukan di bulan Ramadhan sesuai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
1. Hadits tentang i’tikaf di 10 malam terakhir Bulan Ramadhan
Dari Abu Sa’id Al Khudri beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ فَاعْتَكَفَ عَامًا حَتَّى إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَهِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي يَخْرُجُ فِيهَا مِنْ اعْتِكَافِهِ قَالَ مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفْ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَقْدَ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ مِنْ صَبِيحَتِهَا فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai beri’tikaf pada sepuluh kedua pada bulan Ramadan. Beliau beri’tikaf pada tahun itu, hingga ketika tiba malam kedua puluh satu, yaitu hari ketika beliau keluar dari I’tikafnya, beliau bersabda: “Barangsiapa ingin melaksanakan I’tikaf bersamaku, hendaklah dia mengerjakannya pada sepuluh hari yang terakhir ini. Aku telah melihat dalam mimpiku, namun aku lupa. Aku mimpi pada waktu paginya aku bersujud pada air dan tanah. Carilah lailatul qadar pada malam yang ganjil.” (Hadits Riwayat Abu Dawud Nomor 1174)
Hadits serupa juga ada di dalam Hadits Riwayat Bukhari Nomor 771.
2. Hadits tentang umrah di Bulan Ramadhan seperti menunaikan ibadah haji
Dari Ma’qil bin Abu Ma’qil Al Asadi ia berkata:
أَرَادَتْ أُمِّي الْحَجَّ وَكَانَ جَمَلُهَا أَعْجَفَ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اعْتَمِرِي فِي رَمَضَانَ فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ كَحَجَّةٍ
Ibuku hendak menunaikan haji tetapi unta miliknya lemah (tidak bisa digunakan melakukan perjalanan jauh), maka hal itu pun disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau lalu bersabda: “Lakukanlah Umrah di bulan Ramadan, karena sesungguhnya umrah di bulan Ramadan seperti haji.” (Hadits Riwayat Ahmad Nomor 17167, 17169, 25857, 25858, 26025, 26027, 26028 & Imam Malik Nomor 676)
3. Hadits tentang malam lailatul qadar dan ciri-cirinya
Dari Ubay bin Ka’b dia berkata:
لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ هِيَ الَّتِي أَخْبَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ بَيْضَاءَ تَرَقْرَقُ
Malam lailatul qadar adalah malam ke dua puluh tujuh dalam bulan Ramadan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kami bahwa di antara tanda-tandanya adalah terbitnya matahari dengan sinar berwarna putih bersih (matahari terbit tanpa terik panas). (Hadits Riwayat Ahmad Nomor 20248)
Hadits lain yang juga mambahas tentang malam lailatul qadar dengan isi serupa ada di dalam Hadits Riwayat Ahmad Nomor 20249 & 20253.
Hadits lainnya datang dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dia berkata:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. (Hadits Riwayat Imam Malik Nomor 612)
Hadits lainnya datang dari Anas bin Malik dia berkata:
إِنِّي أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ فِي رَمَضَانَ حَتَّى تَلَاحَى رَجُلَانِ فَرُفِعَتْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Sesungguhnya telah diperlihatkan malam tersebut kepadaku pada bulan Ramadan, hingga akhirnya datang dua orang laki-laki yang membuat aku lupa. Maka carilah pada malam yang kedua puluh sembilan, dua puluh tujuh atau dua puluh lima. (Hadits Riwayat Imam Malik Nomor 615)
4. Hadits tentang zakat fitrah
Dari Abdullah bin Umar dia berkata:
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ وَعَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ الْمُسْلِمِينَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas setiap orang yang merdeka, hamba sahaya, laki-laki atau perempuan dari kalangan Muslimin. (Hadits Riwayat Ad Darimi Nomor 1602, 1605 dan Imam Malik Nomor 553)
5. Hadits tentang permulaan Bulan Ramadhan
Dari Umar dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ رَمَضَانَ فَقَالَ لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan, beliau bersabda: “Janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal, dan janganlah berbuka hingga kalian melihatnya. Jika kalian tertutup oleh awan, maka genapkan jumlahnya tiga puluh hari.” (Hadits Riwayat Ad Darimi Nomor 1622, 1624 & Imam Malik Nomor 557, 559)
6. Hadits larangan berbekam saat puasa Ramadhan
Dari Syaddad bin Aus ia berkata:
مَرَرْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ثَمَانِ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ فَأَبْصَرَ رَجُلًا يَحْتَجِمُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ
Aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melalui delapan belas hari dari bulan Ramadan, kemudian beliau melihat seorang laki-laki berbekam. Maka beliau pun bersabda: “Orang yang membekam dan yang dibekam telah batal puasanya.” (Hadits Riwayat Ad Darimi Nomor 1667, 1668)
7. Hadits puasa 6 hari di bulan Syawal setelah Ramadhan
Dari Abu Ayyub beliau berkata:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتَّةً مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ
Barangsiapa berpuasa bulan Ramadan kemudian mengiringinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seperti puasa satu tahun. (Hadits Riwayat Ad Darimi Nomor 1689, 1690)
8. Hadits tentang junub ketika hendak puasa
Dari Aisyah dan Ummu Salamah keduanya berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ غَيْرِ احْتِلَامٍ فِي رَمَضَانَ ثُمَّ يَصُومُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam junub karena persetubuhan dan bukan mimpi pada bulan Ramadan, kemudian beliau berpuasa. (Hadits Riwayat Imam Malik Nomor 565)
Terkait ini sudah kami bahas di artikel sebeulumnya tentang hukum mandi wajib setelah imsak.
9. Hadits tentang qadha puasa Ramadhan
Dari Abdurrahman bin Al Qasim dari Bapaknya dia berkata:
مَنْ كَانَ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ فَلَمْ يَقْضِهِ وَهُوَ قَوِيٌّ عَلَى صِيَامِهِ حَتَّى جَاءَ رَمَضَانُ آخَرُ فَإِنَّهُ يُطْعِمُ مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا مُدًّا مِنْ حِنْطَةٍ وَعَلَيْهِ مَعَ ذَلِكَ الْقَضَاءُ
Barangsiapa punya tanggungan untuk mengganti puasa Ramadan, namun dia tidak menggantinya padahal dia mampu untuk berpuasa hingga tiba Ramadan selanjutnya, maka dia menggantinya dengan memberi makan setiap harinya seorang miskin dengan satu mud tepung, lalu ia wajib mengqadha’ puasanya. (Hadits Riwayat Imam Malik Nomor 599)
Dari Asiyah ia berkata:
إِنْ كَانَ لَيَكُونُ عَلَيَّ الصِّيَامُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَصُومُهُ حَتَّى يَأْتِيَ شَعْبَانُ
Sungguh aku pernah punya tanggungan puasa Ramadan, dan aku tidak bisa berpuasa hingga datang bulan Sya’ban. (Hadits Riwayat Imam Malik Nomor 600)
10. Hadits tentang ditutupnya pintu neraka saat Ramadhan tiba
Dari Abu Hurairah dia berkata:
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Jika tiba bulan Ramadan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, setara setan-setan akan dibelenggu. (Hadits Riwayat Imam Malik Nomor 604)
11. Hadits tentang doa buka puasa
Dari Ibnu Umar ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila berbuka beliau mengucapkan: DZAHABAZH ZHAMAA`U WABTALLATIL ‘URUUQU WA TSABATIL AJRU IN SYAA-ALLAAH (Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala insya Allah). (Hadits Riwayat Abu Dawud Nomor 2010)
Penjelasan lengkap terkait ini sudah kami tulis di artikel sebelumnya tentang doa berbuka puasa.
12. Hadits tentang puasa terbaik setelah Puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الَّذِي تَدْعُونَهُ الْمُحَرَّمَ
Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa pada bulan Allah yang kalian sebut Muharram. (Hadits Riwayat Ad Darimi Nomor 1692)
Itulah beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan puasa Ramadhan.
Wallahu a’lam.